The No.1 WEB development in Indonesia. AsiaQuest Indonesia will share news, events, and blog of WEB utilization in Indonesia. We post in English, Indonesia, and Japan.
Progressive Web Apps dalam beberapa tahun belakangan memang mencuri perhatian. Tak sedikit brand yang meminta bantuan konsultan IT untuk mengembangkan Progressive Web Apps (PWA) demi kemajuan bisnis mereka.
Sekarang ini orang mengandalkan smartphone untuk beragam keperluan penting, mulai dari belanja rutin bulanan, belanja sayur, pesan makanan, pesan ojek, pesan taksi, dsb. Kondisi ini menjadi tanda betapa sekarang ini smartphone dan layanan online semakin mendominasi kehidupan manusia.
Google, menyebut bahwa sekitar 53% pengguna melakukan exit dari web page yang load-nya lebih dari 8 detik. Padahal, rata-rata homepage memakan waktu 15 detik untuk bisa secara penuh memuat keseluruhan kontennya.
Bayangkan frustasinya user jika harus menunggu 15 detik untuk membuka tiap-tiap halaman web. Kalau user sedang diburu waktu untuk checkout pesanan online tentu ini akan membuat frustasi dan pasti memilih ‘kabur’ dari halaman tersebut dan mencari situs lain yang lebih cepat.
Atas dasar itulah Progressive Web Apps muncul. Google sendiri meluncurkan istilah tersebut sekitar tahun 2015, dimana ia mewakili pemahaman untuk menyediakan pengalaman sekelas native app bagi user yang mengakses website dari mobile browser.
Progressive Web Apps adalah web apps yang menggunakan service worker, manifest, dan fitur-fitur platform web lain yang dikombinasikan dengan peningkatan progressive untuk memberikan user pengalaman yang setara dengan native apps.
PWA sangat bisa diandalkan bahkan dengan kondisi jaringan yang buruk, response time lebih cepat, dan lebih engaging ke user bila dibandingkan dengan web responsive. PWA dependen, memakan lebih sedikit penyimpanan dan di-update layaknya web page sehingga user bisa langsung menikmatinya tanpa melakukan apapun.
Sementara Web Responsive adalah adalah sebuah rangkaian desain dan teknik pengembangan yang memungkinkan website untuk secara otomatis melentur, meregang, mengecil, dan menyesuaikan diri agar tampilan bisa sesuai dengan ukuran layar tiap-tiap perangkat yang berbeda.
Pemikiran akan web responsive berangkat dari kecenderungan user untuk selalu mencari pengalaman yang lebih baik ketika berada di situs Anda, tak peduli perangkat apa yang sedang digunakan, atau bagaimana kondisi jaringan internet yang sedang dipakai. Anda sebagai pemilik website harus menyiapkan strategi agar bisa memenuhi ekspektasi user, meskipun itu tidak realistis.
PWA dan Web Responsive dua-duanya adalah website, dua-duanya bisa dibuka di browser menggunakan URL. Di sini yang membedakan PWA dan Web Responsive adalah fungsionalitas yang disediakan.
Semakin Anda berfokus pada lapisan fungsional dari PWA, semakin Anda mendapatkan rasa native apps di sana. PWA bersifat dinamis dan bisa dipersonalisasi berdasarkan kebutuhan user, misalnya push notifikasi, pilihan untuk menggunakan ‘lokasi’, akses kamera, mikrofon, bahkan kemampuan untuk menambahkan mobile experience ke home screen di smartphone Anda.
Dengan PWA, user tak perlu mengunduh aplikasi. Google mendukung penuh PWA dan karenanya ia bisa diakses dengan leluasa melalui Google atau home screen di Android.
Fitur-fitur yang ditawarkan PWA berikut ini dianggap sebagai game changer dan membuatnya lebih baik daripada web responsive.
Perbedaan besar antara PWA dengan web responsive bisa dilihat dari fitur push notification (push notifikasi). Web app kini memang semakin maju dengan kemampuan menampilkan pop up yang meminta user untuk berlangganan notifikasi (subscribe to notifications).
Ketika user memilih untuk berlangganan notifikasi, mereka akan mendapatkan ID berlangganan yang unik dan dengan demikian PWA bisa memberikan user pengalaman layaknya native app. Tiap kali user membuka PWA, mereka akan secara otomatis diberi promosi untuk menampilkan push notifikasi untuk mempermudah pengalaman dalam berbagi.
Pengguna Android pasti sudah familiar dengan Home Screen. Nah menariknya, PWA ini bisa langsung ditambahkan ke Home Screen lengkap dengan ikon yang bisa di tap, padahal ia bukan aplikasi mobile, lho! PWA tetap web app yang ditingkatkan secara progressive sehingga bisa berfungsi laiknya aplikasi native.
Tidak seperti web responsive, PWA bisa dijalankan di perangkat apapun. Anda pun tak perlu meminta developer Anda untuk mengembangkan coding terpisah untuk beragam platform yang ada seperti Android, iOS, Web. Kalau begini, Anda bisa menghemat biaya untuk pengembangan.
PWA menggunakan App Shell yang terdiri dari kode-kode yang di-cache ke ponsel user ketika pertama kali mengakses. Di lain waktu ketika user membuka kembali PWA, ia lebih cepat berkat adanya cache. Berkat cache pula, konten PWA bisa diakses meskipun jaringan sedang jelek atau bahkan tak ada jaringan sama sekali.
Setelah mengetahui perbedaan mendasar dari PWA dan Responsive Design, kini Anda bisa memutuskan ingin mengembangkan yang mana. Tentunya, semua tetap disesuaikan dengan kebutuhan bisnis yang Anda kelola.
Jika Anda masih tetap belum bisa memutuskan mana yang lebih cocok untuk bisnis Anda, maka kami rasa ini saatnya Anda mencari bantuan profesional seperti AsiaQuest Indonesia, konsultan IT yang selama bertahun-tahun dipercaya klien untuk menangani digitalisasi bisnis.
Referensi: medium.com
Technology vector created by stories – www.freepik.com
Event
Calendar
Mar
12
2020
Apr
15
2020
Back To Top