The No.1 WEB development in Indonesia. AsiaQuest Indonesia will share news, events, and blog of WEB utilization in Indonesia. We post in English, Indonesia, and Japan.
Lagi-lagi bagai mendulang berkah dalam kemalangan, saat bisnis lainnya menangis karena usahanya kritis akibat wabah covid19, Grabfood malah laris manis berbisnis. Anda tidak salah baca, lho. Grabfood mencatatkan kenaikan transaksi saat pandemi COVID19. Jadi, bagaimana sih kisah Grabfood bisa tuai buah manis saat wabah COVID19?
Menurut riset yang dilakukan oleh Grab Analytics, transaksi Grabfood naik sebesar 4% dan jumlah makanan yang dipesan dalam sekali pemesanan naik 7%. Sebelum masa pandemi, transaksi Grabfood didominasi oleh mereka yang mencari snack untuk sore-sore.
Tapi, di bulan Maret 2020 lalu, yakni sebelum bulan puasa, masyarakat memanfaatkan Grabfood untuk membeli makan siang. Adapun kenaikan jumlah pesanan makanan dalam sekali pesan adalah sebesar 9,4%.
Kemudian, ketika negara lain ngerem pesanan makanan sehat, di Indonesia malah mengalami kenaikan yakni sebesar 7,4%. Tapi, tetap saja kebiasaan ngemil masyarakat Indonesia masih tinggi dengan adanya kenaikan jumlah pesanan snack sebesar 15,4%.
Larisnya Grabfood membawa berkah bagi mitra pengemudi. Soalnya nih, menurut Grab ada kenaikan tip yang diberikan pembeli dengan total kenaikan sebesar 63% dibandingkan bulan sebelumnya.
Jumlah pesanan yang diberikan tip meningkat sebesar 38% dan besaran tip meningkat. Wah, nampaknya selama pandemi, masyarakat jadi gemar bersedekah karena jadi lebih sering memberikan tip dan besar tip nya pun naik.
Kala pandemi, pemerintah lantas memberlakukan pembatasan sosial (PSBB), menganjurkan dengan keras untuk di rumah saja, melarang kumpul-kumpul, menutup tempat makan yang ramai, dan berbagai aturan lain yang berpotensi mengakibatkan kerumunan.
Aturan-aturan tersebut otomatis membuat sebagian orang kehilangan pendapatan. Tapi, Grabfood justru cerdik memanfaatkan peluang. Memanfaatkan kondisi dimana masyarakat takut untuk keluar rumah, maka Grabfood bersama mitra pengemudinya tetap memberikan layanan.
Bahkan, Grabfood menyesuaikan diri dengan cepat. Pelanggan yang memesan makanan via Grabfood diberikan pilihan untuk menggunakan mode pengantaran tanpa kontak (contactless). Mitra pengemudi bisa diarahkan untuk menaruh makanan di tempat yang ditunjuk oleh pelanggan agar tidak terjadi kontak, demi menghindari penyebaran virus corona.
Hal-hal sederhana seperti ini tentu penting bagi pelanggan. Memberikan rasa aman dan nyaman melalui komitmen Grab untuk mengurangi penyebaran COVID19.
Selain itu, narasi-narasi promosi di Grabfood juga berubah. Agar mitra restoran tetap ‘kebagian rejeki’, tentu pelanggan harus diyakinkan bahwa makanan yang dimasak dan dibawa mitra pengemudi aman. Yakni dengan memberitahu pelanggan bahwa restoran dan mitra pengemudi telah menerapkan protokol kesehatan dengan baik.
Grab sebetulnya sama saja dengan pedagang biasa, hanya saja yang membedakan adalah adanya teknologi yang dimanfaatkan untuk kemajuan bisnis. Grab, melalui aplikasinya, mengumpulkan data pengguna, apa yang mereka pesan, makanan apa, kapan pesannya, berapa banyak yang dipesan, dsb.
Semua pengumpulan data tersebut bukan tanpa tujuan. Tujuan utama pegumpulan data tersebut adalah untuk dianalisis. Hasil analisis akan dijadikan bahan untuk materi promosi. Seperti contoh di atas, ketika pandemi ternyata ada peningkatan di pesanan menu makanan sehat, maka perusahaan bisa memberikan lebih banyak promosi tentang makanan sehat.
Dengan memberikan apa yang pelanggan butuhkan, maka Grab berhasil mencatatkan keuntungan lebih di saat bisnis-bisnis lain mulai terseok-seok. Inilah pentingnya data analytics yang merupakan bagian dari BIG Data.
Nah, sekarang Anda jadi tahu kan bahwa teknologi digital bisa membantu manusia untuk menciptakan hidup yang lebih baik dan dinamis? Hubungi kami untuk tahu lebih banyak tentang dunia IT dan digital.
Sumber: Inet Detik
Sumber Photo: Grabfood Facebook
Event
Calendar
Jun
19
2023
Back To Top