Sebagai karyawan alias budak korporat, barangkali kita sudah sering mendengar kata work-life balance. Di tengah-tengah banyaknya kabar mengenai burnout atau kelelahan luar biasa akibat tekanan dan beban pekerjaan di kantor, kata work-life balance seolah jadi kalimat yang bisa menjadi ‘obat’ bagi burnout.
Seseorang bisa mengalami burnout karena persaingan yang ketat di dunia pekerjaan saat ini. Persaingan yang semakin tidak rasional ini membuat orang-orang bekerja lebih keras dari yang lainnya agar mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan perusahaan.
Akibat dari burnout adalah mudah terserang penyakit, stress berlebihan hingga depresi, kehilangan waktu untuk diri sendiri dan keluarga, dan masih banyak lagi dampak buruk lainnya.
Lalu apa sih artinya work-life balance?
Work-life balance artinya sebuah keadaan dimana seseorang bisa mengatur keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan pribadinya dengan baik. Jadi, antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya bisa terpenuhi semua dengan sama rata dan sama baiknya. Dengan begini, hidup seseorang bisa lebih berkualitas.
Generasi muda saat ini dikatakan lebih sering mengatakan burnout dan kerap menyuarakan work-life balance. Dunia memang cepat berubah dan tiap generasi punya ciri khasnya sendiri. Generasi yang lebih tua mungkin akan menyebut generasi yang mudah burnout sekarang ini sebagai generasi yang kurang tahan banting. Tapi, setiap masukan baiknya disikapi hal positifnya, jangan-jangan memang kondisi sekarang sebegitu beratnya hingga bisa menimbulkan gangguan pada mental pekerja.
Work-life balance barangkali memang bisa jadi solusi untuk mengatasi burnout. Namun, ada manfaat lain dari work-life balance yaitu bisa membuat seseorang untuk lebih produktif dalam bekerja. Ini karena seseorang yang bisa mencapai work-life balance akan mampu melakukan pekerjaannya dengan perasaan bahagia.
Kebalikan dari yang tidak mampu mencapai work-life balance adalah kinerja yang merosot dan bisa merusak kehidupan pribadi dari seseorang. Dan ini umumnya disebabkan karena seseorang terlalu memforsir dirinya dalam melakukan pekerjaan di kantor, dan juga buntut dari ketatnya persaingan dalam dunia kerja.
Seseorang yang mampu mencapai work-life balance akan merasakan manfaat yang luar biasa. Maka tak heran kalau work-life balance saat ini kerap diteriakkan para karyawan yang juga sering menyebut diri sebagai budak korporat.
Memang apa sajakah manfaat dari work-life balance?
Apabila Anda masih bisa menyelesaikan deadline-deadline pekerjaan dengan baik sembari tetap melakukan hobi yang Anda sukai, bertemu dengan keluarga dan teman-teman di kala weekend tiba, punya waktu untuk jalan-jalan menikmati alam, atau membaca buku yang Anda suka, tentu itu adalah suatu anugerah.
Pikiran Anda menjadi lebih positif dan bahagia tentunya. Mood terjaga dengan baik dan badan menjadi lebih sehat. Ketika badan sehat, maka penyakit takkan berani mampir.
Ketika hubungan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi seimbang, maka pikiran lebih positif, bahagia, dan tubuh menjadi lebih sehat. Jika tubuh sehat, Anda akan lebih mampu produktif dibandingkan ketika tidak sehat.
Ide-ide akan terasa lebih mudah diproduksi dengan pikiran dan tubuh yang sehat. Dengan demikian, work-life balance akan meningkatkan kinerja Anda sehari-hari.
Masih berhubungan dengan poin di atas, tubuh yang sehat dan berenergi akan membuat seseorang bisa lebih fokus. Apabila fokus dalam mengerjakan pekerjaan, maka pekerjaan pun akan cepat selesai.
Work-life balance akan mengurangi level stres seseorang. Hal ini karena mereka akan punya waktu di luar rutinitas harian di kantor. Terlalu sering berada di kantor atau mengerjakan pekerjaan kantor akan membuat seseorang lebih cepat burnout.
Kalau burnout maka tidak akan jauh-jauh dari stres. Maka penting untuk menghindari stress. Salah satunya adalah dengan berusaha mencapai work-life balance.
Mencapai work-life balance memang rasanya mustahil. Terlebih lagi di tengah persaingan ketat dunia kerja seperti sekarang ini. Setiap pekerja rasanya akan berusaha mati-matian mempertahankan posisi di kantor atau pekerjaan meskipun harus bekerja tanpa kenal waktu ataupun hari libur.
Akan tetapi, perlu dipikirkan bahwa hal tersebut bukanlah hal yang baik untuk dikejar. Bekerja keras memang bagus dan patut dicontoh tapi tetap tahu batas. Apabila tubuh Anda sudah memprotes maka itu artinya sinyal yang tidak baik untuk Anda sendiri. Tilik kembali apa tujuan Anda bekerja dan ukur kemampuan diri.
Apabila Anda mengejar pensiun dini tapi dengan cara bekerja tanpa henti di usia muda, bukan tidak mungkin uang pensiun malah akan digunakan untuk membiayai kesehatan yang menurun akibat perilaku buruk ketika bekerja saat muda.
Pekerjaan memang penting tapi tak seharusnya ia mengambil alih menjadi posisi terpenting dalam hidup kita. Boleh saja memang untuk berambisi sukses secara profesional tapi jangan sampai mengesampingkan kesejahteraan diri sendiri.
Saking pentingnya, maka sekarang ada dorongan untuk menciptakan work-life balance karena manfaatnya tak hanya untuk pekerja tapi juga pemberi kerja. Perusahaan pun didorong untuk menyediakan lingkungan yang mendukung work-life balance karyawan karena bisa menghemat biaya, mengurangi kasus ketidakhadiran karyawan, dan bisa menciptakan tenaga kerja yang loyal dan produktif.
Ketika ingin mencapai work-life balance, Anda harus belajar menerima bahwa sebaiknya realistis saja. Anda harus menerima bahwa sejatinya tidak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu pun dengan tidak ada patokan untuk work-life balance yang sempurna.
Tak perlu mengejar jadwal yang sempurna. Alih-alih mengejar yang sempurna, usahakan untuk realistis saja. Ada hari-hari dimana Anda akan lebih banyak fokus ke pekerjaan, dan ada hari dimana Anda punya lebih banyak waktu dan tenaga untuk mengerjakan hobi atau sekedar berkumpul bersama keluarga.
Bekerja mungkin memang sebuah norma di masyarakat yang Anda diharapkan untuk mengikutinya. Tapi lagi-lagi penting untuk melakukan pekerjaan yang Anda cintai. Bayangkan kalau Anda harus melakukan sesuatu yang Anda benci setiap harinya, tentu ini akan menyiksa dan mustahil menciptakan work-life balance dengan kondisi demikian.
Lain kalau pekerjaan yang Anda lakukan adalah sesuatu hal yang Anda sukai atau cintai, maka tak akan sulit untuk bangun pagi dan berangkat ke kantor. Di sini, passion adalah kuncinya.
Bekerja mencari uang memang penting tapi kesehatan tetap nomor satu. Bayangkan bila Anda bekerja keras tapi mental tersiksa, tubuh juga sakit-sakitan. Bukannya uang yang didapat, tapi uang malah akan lari untuk membiayai pengobatan. Tentu hidup seperti ini bukanlah kehidupan yang ideal.
Kalau Anda merasa tidak enak badan, beranikan ijin sakit untuk memeriksakan diri ke dokter. Menghindari periksa ke dokter hanya akan membuat tubuh semakin sakit dan malah akan membuat pekerjaan Anda kacau dalam jangka waktu panjang.
Dunia yang serba online memang memudahkan kita untuk memeriksa apa-apa yang sedang terjadi di dunia luar sana, berapa ribu mil pun jauhnya bisa kita ketahui dalam waktu saat itu juga.
Akan tetapi, perilaku seperti ini kalau menjadi keseharian bisa mejadi tidak baik. Ada baiknya Anda membuat jeda sejenak dari aktivitas online, termasuk memeriksa pekerjaan dimanapun dan kapanpun dengan perangkat mobile yang dimiliki.
Buat apa bekerja cari uang banyak-banyak bila tidak menikmati hasilnya. Kadang-kadang ada baiknya juga bila sesekali Anda liburan dan benar-benar disconnected dari segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan.
Entah itu weekend staycation atau trip seminggu ke Bali, yang penting Anda bisa recharge secara fisik dan mental. Manfaatkan jatah cuti untuk liburan daripada hangus begitu saja ketika akhir tahun.
Sebelum mendapatkan pekerjaan, Anda adalah seorang individu biasa yang punya teman dan keluarga. Ketika mendapatkan pekerjaan, jangan lantas teman dan keluarga menjadi hilang dari kehidupan Anda.
Buat waktu untuk berkumpul dengan teman dan keluarga. Ketika sakit, teman dan keluarga lah yang akan mengurus Anda, bukan pekerjaan. Jadwal mungkin hectic, tapi kontrol tetaplah di Anda. Jangan sampai pekerjaan yang mengontrol Anda.
Latih diri untuk taat pada jam kerja. Ketika jam kantor mulai jam 8 pagi sampai 5 sore, gunakan sebaik-baiknya untuk melakukan pekerjaan kantor. Dengan demikian, task Anda akan selesai dan jam kerja Anda pun menjadi efektif.
Ketika bekerja, usahakan untuk tidak memeriksa notifikasi handphone setiap menit. Ini bisa membuang waktu, mengalihkan perhatian dan fokus, serta mengurangi produktivitas kerja. Matikan notifikasi handphone Anda ketika jam kerja agar bisa fokus dalam mengerjakan task kantor.
Ketika jam 5 tiba, Anda bisa pulang dengan lega karena telah menggunakan jam kerja dengan baik dan efektif. Dengan demikian, Anda bisa punya waktu untuk kegiatan personal Anda. Usahakan untuk tidak membuka email atau hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan ketika Anda sudah pulang ke rumah.
Nah, bagaimana menurut Anda mengenai work-life balance? Apakah Anda setuju bila work-life balance bisa mengatasi burnout dan meningkatkan produktivitas kerja di kantor?
Referensi:
Image by KamranAydinov on Freepik
Back To Top