sharpnel_content
Mengenal Alat Skrining Mandiri Corona Likelihood Metric (CLM) yang Berbasis Machine Learning

News 05 Agu 2020


Mengenal Alat Skrining Mandiri Corona Likelihood Metric (CLM) yang Berbasis Machine Learning

Share

Pemerintah DKI Jakarta kini menggunakan Corona Likelihood Metric (CLM) untuk menggantikan Surat Izin Keluar Masuk (SIKM) Jakarta. Kabarnya, Corona Likelihood Metric ini merupakan sebuah metode penilaian diri sendiri (self-assessment) yang berbasis machine learning.

Self-Screening/Self-Assessment jadi langkah awal untuk hambat penyebaran COVID19

Self-screening atau self-assessment merupakan metode untuk menilai apakah diri sendiri layak atau tidak layak untuk dinyatakan ke dalam suatu hal. Self-screening atau self-assessment di masa corona ini sangat membantu pemerintah dan masyarakat untuk menentukan siapa-siapa yang berisiko tinggi terpapar virus corona. Bagi yang berisiko rendah akan direkomendasikan untuk di rumah saja, bagi yang berisiko tinggi akan direkomendasikan untuk mengikuti tes PCR.

Untuk mengisi CLM diperlukan kejujuran dari para peserta. Bila anda mengisikan dengan sembrono, rekomendasi akhir dari mesin juga tidak akan jadi akurat. Mesin CLM bahkan bisa merekomendasikan apakah anda harus menjalani tes PCR atau tidak, berdasarkan data-data yang anda masukkan.

Pengisian CLM hanya bisa dilakukan sebanyak 1 kali dalam 1 minggu dengan menggunakan nomor identitas. Bila dalam 1 minggu ini anda sudah ikut pengisian CLM, dan tidak lolos alias tidak direkomendasikan untuk bepergian, maka anda sebaiknya di rumah saja. Anda boleh ikut pengisian CLM lagi di minggu berikutnya.

Corona Likelihood Metric akan gantikan SIKM (Surat Ijin Keluar Masuk) Jakarta

Kedepannya, orang-orang dari luar kota Jakarta yang akan masuk ke area Jakarta harus mengisi penilaian diri pada CLM yang sudah ditambahkan pada aplikasi Jakarta Kini (JAKI). SIKM dan CLM memiliki perbedaan mendasar dari segi tujuan penggunaan. 

Dilansir dari Tirto.id, SIKM digunakan untuk membatasi aktivitas keluar masuk Jakarta selama PSBB, maka CLM digunakan untuk mengendalikan aktivitas masyarakat agar tetap merasa aman selama masa transisi.

Masyarakat yang akan masuk ke Jakarta diharuskan mengisikan data diri dan kondisi kesehatan secara jujur pada CLM. Nantinya, CLM akan mengolah data yang dimasukkan tersebut dan memberikan skor sebagai panduan apakah seseorang dibolehkan masuk ke Jakarta atau sebaiknya di rumah saja.

CLM jadi yang pertama di Indonesia sebagai machine learning based self assessment

Sebelum CLM ada, beberapa aplikasi tanah air seperti Halodoc, Grab Health, GoJek Health, Good Doctor, dsb sudah mengeluarkan metode self assessment seperti ini. Perbedaan CLM dengan alat self screening/self assessment dari yang sudah ada sebelumnya adalah pada kemampuan mesin CLM untuk menilai kelayakan seseorang untuk ikut tes PCR atau tidak.

CLM sendiri merupakan yang pertama di Indonesia sebagai alat skrining mandiri yang menggunakan model machine learning. Alat skrining mandiri dengan machine learning diciptakan sedemikian rupa agar mampu mengukur kemungkinan seseorang positif COVID19 atau tidak.

Mesin CLM membaca riwayat data kasus COVID19 milik Dinkes DKI Jakarta. Di akhir tes, peserta akan mendapatkan skor berdasar jawaban, status kasus ODP/PDP/OTG berdasar data kasus COVID19 milik Dinkes, dan data jadwal tes PCR di faskes terdekat bila mendekati skor tertentu.

Bagaimana Machine Learning berperan dalam pembuatan mesin CLM

CLM bisa juga disebut sebagai Machine Learning Based Clinical Decision Support System (CDSS). CLM adalah sebuah terobosan baru di dunia IT Indonesia yang penerapannya kini semakin nyata akibat pandemi COVID19.

Dalam menciptakan mesin CLM, pertama adalah dengan data preprocessing, yaitu pembersihan data yang ada untuk kemudian dipelajari oleh model machine learning.

Kemudian, CLM membangun beberapa versi model machine learning dengan memanfaatkan 80% data yang sudah ada. Untuk pengujian, digunakan beberapa kriteria yakni akurasi, presisi, dan sensitivitas. Model dengan performa terbaiklah yang akan dievaluasi untuk mesin CLM untuk kemudian digunakan masyarakat. 

Menurut laman rapidtest-corona.jakarta.go.id mesin CLM ini memiliki akurasi tinggi. Mesin CLM membantu seseorang dalam menjawab beberapa pertanyaan seperti “Apakah saya mungkin positif corona?”, “Apakah saya perlu tes?”, dan “Apa yang sebaiknya sekarang dapat saya lakukan?”.

Machine Learning, handal dalam pengolahan data raksasa dan minim error

Aplikasi uji risiko COVID19 secara mandiri semacam CLM ini merupakan langkah yang patut kita apresiasi bersama. Apalagi penggunaan machine learning dalam mesin CLM membuatnya jadi mesin yang dapat diandalkan dalam urusan pengolahan data.

Tentunya lain dengan pengolahan data secara manual oleh tenaga manusia yang terbatas. Machine learning lebih mampu diandalkan untuk urusan pengolahan data yang besar, non-stop, dan cepat bahkan mendekati real-time, dan yang pasti minim error.

Mesin CLM ini merupakan hasil kolaborasi antara Jakarta Smart City, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Harvard CLM Team, dan Klakklik.id. Mesin CLM ini diharapkan mampu membantu pemerintah DKI Jakarta dalam mendistribusikan alat tes PCR kepada yang benar-benar membutuhkan.

Selain alat skrining mandiri seperti CLM, ada juga beberapa alat lain berteknologi AI yang bermanfaat untuk membantu pemerintah mengendalikan penyebaran COVID19. Lebih jelasnya, silakan baca ulasan kami di 4 Alat Berteknologi AI Untuk Mengawal New Normal.

Browse blog by tag

Back To Top