Meskipun biasanya hanya diproduksi dengan bermodalkan keterampilan pengerajinnya, batik pun tak luput menjadi objek digitalisasi. Siapa sangka, batik pun dapat diproduksi dengan mengandalkan teknologi. Menilik tingginya tuntutan zaman, digitalisasi industri batik di Indonesia dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing produk.
Kondisi ini diungkapkan oleh Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, pada acara Peringatan Hari Batik 2020 di Jakarta, 2 Oktober 2020. Dikutip dari Antaranews.com, Agus menuturkan pentingnya teknologi untuk membantu proses produksi batik menjadi lebih mudah, efisien, dan produktif. Pekerjaan fisik ini dapat digantikan mesin otomatis.
Pasalnya, sudah banyak negara lain yang menggunakan teknologi canggih untuk memproduksi batik. Alhasil, produk-produk buatan luar negeri ini membanjiri pasar dalam negeri dan internasional. Jika kondisi ini terus dibiarkan tanpa adanya improvisasi, eksistensi industri batik nasional tentu akan terancam.
Dengan tetap mempertahankan nilai pada batik, digitalisasi industri batik Indonesia pun menjadi target dalam Peta Jalan Making Indonesia 4.0. Oleh sebab itu, sangat besar harapan pemerintah agar industri batik dapat segera mengadopsi teknologi canggih. Dengan begitu, produksi batik dapat berjalan secara masif dengan tetap mengedepankan kreativitas dan inovasi.
Melihat tingginya produk tiruan di pasaran, Kementerian Perindustrian pun turun tangan dengan mengembangkan aplikasi pendeteksi batik asli dan tiruan. Dengan mengandalkan machine learning, aplikasi yang dapat dipasang di smartphone ini bisa membantu masyarakat untuk mencari produk batik terbaik. Penggunaan AI ini juga menjadi salah satu langkah yang diambil Kementerian Perindustrian untuk memuluskan rencana Revolusi Industri 4.0.
Sumber: antaranews.com
Photo by Camille Bismonte on Unsplash
Back To Top